Tepat satu dasawarsa yang lalu, sebuah cita-cita besar diwujudkan. Melanjutkan tradisi keilmuan Pondok Pesantren Sumatera Thawalib Parabek, lembaga ini melahirkan jenjang pendidikan tinggi khusus pesantren yang setara S1—Ma’had Aly. Ia hadir sebagai jembatan yang menghubungkan kemuliaan Kitab Kuning dengan tantangan keindonesiaan dan kontemporer. Lahir dengan tekad baja: mencetak Kader Kyai-Ulama yang mendalam dalam Fiqh dan Ushul Fiqh, namun tetap Mutafaqqih fid Din, berotak Amerika berhati Mekah. Sebuah langkah inovasi strategis dalam pendidikan ulama di Sumatera Barat.
Sepuluh tahun—satu dekade—telah terlewati. Bukanlah waktu yang singkat bagi sebuah institusi untuk menapaki jalan sunyi pendidikan ulama. Kami telah melalui proses perizinan yang panjang (sejak SK pertama Kemenag RI 2016), hingga kini menancapkan akar. Kami ber inovasi dalam metode pembelajaran, mengintegrasikan bahtsul masail dengan isu-isu kontemporer, membimbing mahasantri untuk tidak hanya membaca, tetapi juga menganalisis, berdialog, dan menulis risalah keilmuan. Kami membuka cakrawala, mengirim mahasantri ke panggung nasional dan internasional, membuktikan bahwa ahli Kitab Kuning mampu bersinar di manapun.
Dan kini, buah dari inovasi itu mulai dipetik. Dengan bangga, kita menyaksikan para alumni—para Dasawarsa Pertama—telah tersebar. Mereka adalah duta-duta ilmu, para sarjana agama yang dengan keahliannya di bidang Fiqh dan Ushul Fiqh, telah mulai berkontribusi di tengah masyarakat. Ada yang menjadi pendidik, peneliti, hingga melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi dengan beasiswa bergengsi. Mereka adalah bukti nyata bahwa Ma’had Aly Sumatera Thawalib Parabek tidak hanya mencetak ahli teks, melainkan juga ahli konteks, yang mampu mentransformasikan khazanah keislaman untuk kemaslahatan umat manusia. Mari kita jadikan momentum ini sebagai pemacu semangat untuk terus bergerak maju. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi langkah kita dalam mengemban amanah keilmuan, mencetak ulama penerus bangsa, dan menjaga tradisi mulia para pendahulu.
